Sabtu, 10 Oktober 2009

Narasi Gempa, Kitab Gempa, dan Misteri G30S



Narasi Gempa

Kun fayakun
maka yang terjadi, terjadilah…

ketika kata menjelma gempa
dan tubuh menjadi luka
maka gedung-gedung pun runtuh
bukit-bukit longsor menguruk
dan airmata mengalir tak terbendung

jika ini takdir
sudah ribuan takdir mengakhiri
perjalanan hamba-hambaMu
jika ini kutukan
sudah berabad lalu
orang-orang tertimbun tanah pijakan

“Kepunyaan Allah di timur dan barat
maka kemana pun kamu menghadap
di situlah wajah Allah.”
*)

barangkali kita harus terus berdoa
tak sedetik pun luput dari doa
karena ajal tak berjarak
dan kapan saja mengada
di depan kita
hingga tak ada lagi ruang tuk bergerak

“Almutu ayatul hubmis sadiq
Maut adalah alamat cinta yang sejati.”
**)

aku pahami puing-puing
aku berdoa untuk serpihan tubuh
yang remuk
demi menjaga jiwa ini
agar tak terguncang lindu

Citayam, 10 Oktober 2009

*) Surat Al Baqarah ayat 115. Kun fayakun pada puisi di atas dikutip dari Surat Al Baqarah ayat 117.
**) Dari sebuah tulisan Buya Hamka.

Kitab Gempa

sejarah luka termaktub dalam kitab gempa
jutaan orang telah membacanya
tapi ada yang mencoba menyungsang
dan mengingkarinya

kitab gempa luth menggoyang
laki-laki yang tak bisa mencintai perempuan
dan perempuan yang tak bisa mencintai laki-laki

kitab gempa musa mengguncang
orang-orang yang menyembah karyanya sendiri
dan abai padaNya

Tuhan,
tutuplah kitab-kitab gempa ini
dan cukupkan sampai di sini

Citayam, 10 Oktober 2009



Misteri G30S

Gerakan 30 September 1965
menyisakan misteri
matinya jutaan rakyat Indonesia

Gempa 30 September 2009
menyimpan memori
kuburan massal di Padang Pariaman


Citayam, 10 Oktober 2009
Asep Sambodja

Tidak ada komentar: