
di sebuah kamis
kubaca novel tebal
tentang cinta
ada airmata di tengah tawa
ada pahit di tengah senyum
ada manis dalam airmata
aku memang tak pernah memberimu apa-apa
tapi puisi ini
berkata tulus
sepenuh hati, sepenuh jiwa
sebagai bunga yang kuberikan padamu
di bawah rembulan yang mengintip dari jendela kaca
ah, betapa lucu
betapa galau hatiku...
novel yang kubaca
penuh airmata
yang menguntai mutiara
semula aku yakin bisa memahamimu
lewat puisi mungilmu…
tapi aku tak pernah peduli
apakah puisiku ini sangat dangdut bagimu
yang pasti,
huruf-huruf yang menggigil karena airmata
akan kuselimuti dengan doa-doa
Citayam, awal 2008
Asep Sambodja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar