Selasa, 09 Juni 2009
Puisi-puisi Terbaru Asep Sambodja
Sajak Buat Irina
Irina,
kutahu kita belum pernah bertemu
bahkan ketika sajak ini kutulis untukmu
Irina,
kau bahkan tak tahu siapa aku
tapi kenapa begitu kuat kuingin bertemu denganmu
entah kapan kita bertemu,
entah kapan
tapi keinginan ini begitu menggebu
kuingin duduk di sampingmu
dan mendengar ceritamu
apa pun yang kau katakan
huruf demi huruf
akan kusimpan di hatiku
sebaik kusimpan cerita ibu
Irina,
ingin sekali aku mendengar kabarmu...
mungkin kau sedang di kamar, menyendiri
persis seperti aku kini
menyendiri
membaca cerita yang ditulis orang-orang kesepian
Irina,
ingin sekali kudengar cerita darimu
cerita apa saja
cerita apa saja....
asal darimu
Senja di Citayam
perjalanan semakin terasa jauh
saat tubuh kian rapuh
apa sebaiknya menunggu?
tidak, tidak,
menunggu adalah pekerjaan paling tolol
yang sering kulakukan
aku tak ingin menunggu
biar saja orang-orang menunggu
aku ingin berlari
dan terus berlari
sampai nanti
sampai mati
tapi aku tak mau menunggu
sebab menunggu
adalah jemu
adalah kelu
Senja di Hati
beginilah rasanya memasuki usia senja
sebentar-sebentar melihat jam
seperti ada yang dinanti
seperti ada yang menjemput
beginilah rasanya menjadi tua
sedikit-sedikit merasa sakit
padahal belaiannya masih seperti dulu
padahal cintanya masih yang itu juga
beginilah rasanya pernah muda
sebentar-sebentar membuka album
kenapa tidak seperti dulu saja?
kenapa detak umur tak bisa dikendalikan?
beginilah rasanya memasuki usia senja
gelisah kalau sendiri
resah kalau ada yang mati
Senja di Puri
suara surau kembali menyebut-nyebut namaMu
Kaulipat matahari dan Kausimpan
di sisi keranda yang khusyuk meringkuk
di samping surau tua
suara surau itu pun makin lama makin parau
tersengal-sengal oleh amplifier karatan
kadang-kadang terang kadang-kadang hilang
tapi surga yang dijanjikan tetaplah surga
bagi yang yakin dan setia
hanya suara surau itulah
yang kini menemani sepi-sepiku
hari yang berlalu
terasa hampa tanpa suara parau
yang menyebut-nyebut namaMu
Jangan Menangis, Prita!
demi apa rumah sakit didirikan?
demi uang
atau masyarakat yang sehat walafiat
apakah rumah sakit membuat orang semakin sakit?
bagaimana kalau dokter malpraktik?
lalu kenapa prita mengeluh?
kepada siapa keluhan itu diberikan
kalau rumah sakit merasa sakit mendengar keluhan itu?
apa yang sakit di rumah sakit?
demi apa aparat hukum dihadirkan?
demi uang
atau masyarakat yang adil dan sejahtera
apakah aparat hukum membuat orang semakin bingung?
bagaimana kalau aparat hukum bermain pasal?
transaksi dengan tersangka?
lalu kenapa prita dipenjara?
melarikan diri dan menghilangkan barang bukti?
--bukankah itu rumus yang kadaluarsa?
prita, orang-orang yang masih punya hati nurani
pasti akan membelamu
orang-orang yang tak punya nurani
delete saja dari kamusmu
jangan menangis, prita!
Kepada Perempuan September
malam itu
laki-laki desember berjalan di tengah gurun
ia tak membawa air
tapi hanya seutas tali
mungkin ia akan bunuh diri
karena patah hati
malam itu
ia lelah sendiri
tak ada sebatang pohon pun di gurun
ia benar-benar ingin bunuh diri
tapi tak ada pohon
untuk mengikat tali
keesokannya
ia malu sendiri
mau bunuh diri
tapi lupa bahwa di gurun
tak ada pohon beringin
yang ada cuma pasir
dan dingin
dan kebodohannya sendiri
ketika ia sadar bahwa ia bodoh
saat itulah ia mati
Citayam, Mei-Juni 2009
Asep Sambodja
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
selamat mlm..salam perkenalan..sy suka dgn puisi dan sy masih dlm tahap belajar utk itu dgn sgla hormat sy mengundang sobat berkunjung ke blog sy..www.blekenyek.blogspot.com..apa yg perlu saya benahi..trm kasih..
salam kenal dari hakan, puisi-puisi ini begitu asyiiiiieeeek n menarik untuk dibaca,
Posting Komentar